Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

UMBUNG KUTEI: FESTIVAL BUDAYA REJANG YANG SARAT MAKNA

Menetak tebu di Umbung Kuteui

Pengertian Umbung

Umbung merupakan salah satu tradisi penting dalam budaya Rejang. Menurut Jaspan (1964: 133), umbung disebut juga dengan istilah kejei pitor, yaitu pesta besar yang dihadiri oleh raja atau pejabat tinggi dengan acara menari bersama. Sementara itu, Hazairin (1936: 10) mendefinisikan umbung sebagai perayaan tradisional yang diadakan untuk memperingati peristiwa penting dan mempererat ikatan budaya serta kekeluargaan masyarakat Rejang.

Secara mendalam, umbung bukan sekadar acara sosial, tetapi juga manifestasi dari nilai-nilai sosial dan budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun. Tradisi ini mengajarkan pentingnya gotong royong, kerja sama, serta perayaan momen-momen bersejarah yang memperkaya identitas budaya masyarakat Rejang.

Perbedaan Umbung dan Bimbang

Umbung dan bimbang adalah dua tradisi dalam budaya Rejang yang memiliki perbedaan mendasar:

  1. Proses Perencanaan:

    • Umbung direncanakan dalam apeut aseun (musyawarah mufakat).

    • Bimbang direncanakan dalam apeut baseun (negosiasi).

  2. Jenis Acara:

    • Umbung merupakan kegiatan sosial masyarakat.

    • Bimbang lebih bersifat pribadi atau keluarga, terutama untuk perayaan pernikahan.

  3. Sembahan (Sembea):

    • Dalam umbung, sembea dihaturkan oleh anok sangei kepada raja atau tetua adat.

    • Dalam bimbang, sembea diberikan oleh pengantin kepada orang tua.

  4. Skala Perayaan:

    • Umbung adalah kenduri besar yang bersifat sosial dan religius.

    • Bimbang dapat dilakukan secara umbung (dengan banyak orang) atau hanya dalam lingkup keluarga.

  5. Kegiatan Tarian:

    • Menari (kejei) wajib dilakukan dalam umbung.

    • Dalam bimbang, menari bersifat opsional.

  6. Ukuran Acara:

    • Umbung merupakan perayaan besar dalam satu dusun atau kutei.

    • Bimbang dapat berskala besar (7 hari dengan tarian) atau kecil (1-3 hari dengan atau tanpa tarian), tergantung kondisi ekonomi keluarga.

Kutei: Pusat Kehidupan Masyarakat Rejang

Istilah kutei dalam masyarakat Rejang memiliki makna yang mendalam. Kutei adalah pusat marga yang menjadi simpul jaringan sosial masyarakat (Hazairin, 1936: 33). Di Kepahiang, terdapat dua kutei utama:

  • Kutei Merigi, pusat bagi masyarakat bermarga Merigi.

  • Kutei Bermani Ilir, pusat bagi masyarakat bermarga Bermani Ilir.

Kedua kutei ini menjadi pusat sosial, budaya, dan spiritual bagi masyarakatnya. Kutei tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai simbol kekuatan kekerabatan dan persatuan sosial.

Umbung Kutei: Manifestasi Persatuan dan Gotong Royong

Berdasarkan pengertian umbung dan kutei, Umbung Kutei adalah peristiwa budaya di mana masyarakat dari berbagai latar belakang, terutama dari kutei Merigi dan Bermani Ilir, berkumpul untuk merayakan tradisi dalam semangat gotong royong.

Aspek Kinetik dan Filosofis Umbung Kutei

  1. Aspek Kinetik: Mengacu pada gerakan fisik dalam perayaan, seperti tarian, permainan musik, dan aktivitas lainnya yang mencerminkan kebersamaan dan kebahagiaan.

  2. Aspek Filosofis: Umbung Kutei menjadi simbol persatuan, keharmonisan, dan kelestarian budaya, yang diwariskan sebagai warisan budaya bagi generasi mendatang.

Tujuan Umbung Kutei

  1. Membangun Solidaritas dan Persatuan: Tradisi ini memperkuat hubungan antarindividu dalam komunitas.

  2. Melestarikan Warisan Budaya: Sebagai bentuk pelestarian nilai sosial dan budaya masyarakat Rejang.

  3. Mengenang Akar Budaya: Mengajarkan generasi muda tentang sejarah dan identitas budaya mereka.

  4. Memperkaya Identitas Budaya: Umbung Kutei menjadi bagian penting dalam kebudayaan Kepahiang.

  5. Membangun Jaringan Sosial: Masyarakat dapat mempererat hubungan melalui interaksi dalam perayaan ini.

Jamuan untuk Rajo

Perangkat dalam Umbung Kutei

Beberapa perangkat utama dalam umbung meliputi:

  1. Malim Umbung: Penanggung jawab acara, ditunjuk oleh raja atau tetua kutei.

  2. Pengujung: Tempat perjamuan yang diperluas dari beranda rumah.

  3. Pendei: Relik berbentuk karangan bunga besar yang melambangkan kesatuan manusia Rejang dengan alam.

  4. Ibeun Pena’ok: Perlengkapan sirih untuk raja atau tetua adat.

  5. Serawo Nioa U’ei: Air kelapa muda yang diberikan kepada raja saat tiba di acara.

  6. Anok Sangei: Perawan dan perjaka yang menari serta menyampaikan sembah kepada raja.

  7. Jamuan Agung: Perjamuan istimewa bagi raja dan tetua adat.

Kesimpulan

Umbung Kutei adalah perayaan yang mencerminkan persatuan, gotong royong, dan warisan budaya masyarakat Rejang, khususnya di kutei Merigi dan Bermani Ilir. Tradisi ini tidak hanya menjadi ajang berkumpul, tetapi juga sebagai simbol identitas budaya yang terus diwariskan. Dengan tetap menjaga nilai-nilai dan filosofi yang terkandung di dalamnya, Umbung Kutei akan terus menjadi warisan budaya yang memperkuat solidaritas dan kebersamaan masyarakat Rejang.

Emong Soewandi
Emong Soewandi Blogger sejak 2012, dengan minat pada sejarah, sastra dan teater

Post a Comment for "UMBUNG KUTEI: FESTIVAL BUDAYA REJANG YANG SARAT MAKNA"