CERITA RAKYAT REJANG: MUNING RAIB
![]() |
Pertemuan Satang dan Putri Remas Bingit. |
Di sebuah desa kecil di kaki Bukit Kaba, hiduplah seorang pemuda bernama Satang. Ia dikenal sebagai pemuda malas yang enggan bekerja dan lebih suka meniup sulingnya sepanjang hari. Suara sulingnya begitu merdu, tetapi kemalasan Satang membuat ayah dan ibunya kecewa.
Pada suatu pagi, sang ayah yang sudah muak dengan kemalasan Satang membentaknya, "Satang! Kau tak pernah membantu keluarga ini! Jika kau hanya ingin bermain suling, lebih baik pergi dari rumah!"
"Ayah, aku tidak ingin bekerja kasar seperti kalian. Aku hanya ingin meniup sulingku dan menikmati hidup!" balas Satang dengan santai.
Sang ibu menangis, tetapi keputusan telah dibuat. Dengan berat hati, mereka mengusir Satang dari rumah. Tanpa bekal, hanya dengan suling kesayangannya, ia melangkah pergi. Kakinya membawanya menuju puncak Bukit Kaba, tempat yang diyakininya akan memberi ketenangan.
Saat matahari mulai tenggelam, Satang duduk di atas batu besar dan mulai meniup sulingnya. Suaranya melayang ke udara, berbaur dengan angin senja. Tanpa disadari, suara itu menggetarkan dimensi lain, mengundang makhluk-makhluk dari dunia gaib.
Tiba-tiba, angin berhembus kencang. Langit berpendar dengan cahaya keemasan. Dari kabut yang menggantung, muncullah seorang bidadari bernama Putri Remas Bingit. Rambutnya panjang berkilau, wajahnya secantik rembulan, dan matanya bersinar bak bintang kejora.
"Siapakah yang berani meniup suling dengan suara semerdu ini?" suara lembutnya mengalun.
Satang tersentak. Ia belum pernah melihat seorang perempuan secantik itu. "Aku... aku hanya seorang pemuda biasa. Aku tak tahu bahwa sulingku bisa memanggilmu."
Remas Bingit tersenyum. "Sulingmu bukan suling biasa, Satang. Itu adalah suling sakti yang mampu membelah dimensi. Suaramu telah memikat hatiku."
Sejak saat itu, Satang dan Remas Bingit tinggal bersama di puncak Bukit Kaba. Mereka hidup dalam kebahagiaan meski berasal dari dunia yang berbeda.
Namun, berita tentang keberadaan Satang di Bukit Kaba sampai ke desanya. Warga desa, yang penasaran akan kisahnya, sepakat untuk menjemputnya kembali.
Ketika rombongan desa tiba di Bukit Kaba, mereka mendapati Satang yang tampak lebih berseri dan penuh wibawa.
"Satang, pulanglah. Kami membutuhkanmu di desa," kata salah satu warga.
Satang menatap Remas Bingit. Ia ragu, tetapi ia juga merindukan rumahnya.
"Kau boleh pergi, Satang," kata Remas Bingit lembut, "tapi ada satu syarat."
"Apa itu, wahai Dewiku?" tanya Satang.
"Di desamu, janganlah kalian memasak rebung (lema) dan pakis saat hajatan. Itu adalah pantangan bagi kita. Jika dilanggar, aku akan datang menjemputmu."
Satang mengangguk. "Aku berjanji, Dewi. Aku akan menaati pantangan itu."
Setelah berpisah dengan berat hati, Satang kembali ke desa. Awalnya, pantangan itu dipatuhi. Namun, seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai lupa. Hingga pada suatu hajatan besar, seseorang tanpa sadar memasak lema dan pakis dalam jumlah banyak.
Tiba-tiba, angin kencang berhembus. Langit mendung. Petir menyambar. Dari kejauhan, terdengar suara gemuruh.
![]() |
Kemarahan Putri karena warna mengingkari pantangan |
Remas Bingit muncul di tengah hajatan, wajahnya muram. "Satang! Janjimu telah dilanggar! Kau harus kembali denganku!"
Satang yang tengah duduk di tengah keramaian tiba-tiba merasa tubuhnya ringan. Kakinya tak lagi menapak tanah.
"Tidak! Jangan ambil Satang!" teriak warga desa.
Namun, segalanya sudah terlambat. Dalam sekejap, Satang menghilang bersama angin, lenyap dari dunia manusia.
Sejak saat itu, Satang tak pernah terlihat lagi. Orang-orang desa menyebutnya sebagai Muning Raib, yang berarti orang keramat yang hilang. Legenda itu terus diceritakan turun-temurun, menjadi pengingat agar masyarakat tak melanggar pantangan yang telah ditetapkan oleh dunia gaib.
Namun, kisah Satang tak berakhir begitu saja. Setelah menghilang, ia dibawa ke alam gaib dan dinobatkan sebagai raja di kerajaan di Bukit Kaba. Di sana, ia menikahi Remas Bingit dan memimpin kerajaan dengan bijaksana. Satang yang dulu dikenal sebagai pemuda malas kini menjadi pemimpin yang dihormati. Ia tak lagi hanya meniup suling, tetapi juga menjaga keseimbangan antara dunia manusia dan dunia gaib.
Dikisahkan bahwa pada malam-malam tertentu, dari puncak Bukit Kaba, terdengar alunan suling yang merdu. Orang-orang percaya bahwa itu adalah suara Satang, yang masih menjaga wilayahnya dan mengingatkan manusia akan janji yang pernah ia buat.
Post a Comment for "CERITA RAKYAT REJANG: MUNING RAIB"
Semua komentar mengandung kata-kata tidak pantas, pornografi, undangan perjudian, ujaran kebencian dan berpotensi rasial, akan kami hapus