KEHIDUPAN GUBERNUR DI BENCOOLEN
Pengantar dari Anthony Reid
Selama satu abad penuh, kekuasaan Inggris di wilayah paling timur berada di Pulau Sumatera, yang jauh dari kehidupan perkotaan maupun dari jalur perdagangan yang ramai di Selat Malaka. Pos pengumpulan lada dibangun di barat daya Sumatera, tepatnya di Bengkulu (Bencoolen) pada 1685, setelah Inggris kehilangan akses mereka terhadap lada di Banten pad 1682. Aceh tidak mengizinkan Inggris untuk membangun rumah-rumah dari batu bata, yang dirasa perlu untuk keamanan, sementara Belanda sudah terlalu berkuasa di Palembang, Jambi dan di pelabuhan-pelabuhan lada di pantai barat Tiku, Priaman dan Padang.
Joseph Collet mungkin adalah orang pertama yang berkompeten untuk mengatur wilayah ini sebagai wakil gubernur di bawah kekuasaan di Madras 1772 sampai 1716. Ia bertugas dalam perencanaan dan pembangunan Benteng Malborough, yang hingga kini masih berdiri, serta dalam menjalin hubungan baik dengan pemimpin-pemimpin lokal dari suku Melayu maupun suku Rejang yang ada di daerah sekitar. Mereka sendiri dikontrak untuk menanam lada demi kepentingan English India Company (EIC) Uraian mengenai kehidupan Joseph Collet berikut ini diambil dari surat-surat yang ia tulis dan dialamatkan ke kampung halamannya pada September 1712.
Bencoolen |
SURAT JOSEPH COLLET DARI BENGKULU, SEPTEMBER 1712
Saya melihat negeri ini sangat jauh berbeda dari tulisan-tulisan yang beredar di Inggris. Benteng kami memang didirikan di atas rawa yang jelas tidak ideal. Tetapi keseluruhan negeri ini, termasuk wilayah dalam jarak setengah tembakan senapan lontak, sama indahnya dengan yang kau bayangkan. Perkampungan Melayu di sebelah benteng kami terletak di tepi sungai yang sangat ramah untuk dilayari, dan terdiri dari 700 atau 800 rumah yang masing-masing menampung beberapa keluarga sekaligus. Di sisi lain benteng, tepatnya di dekat laut, terdapat desa kecil yang dihuni oleh para budak EIC. Agak jauh dari situ, kau akan tiba di padang-padang asri yang masing-masing memiliki satu bukit kecil yang dipadati pepohonan hijau. Tanahnya sungguh subur, rumput-rumputnya pun segar dan lebat. Bahkan dalam kondisi matahari di atas kepala, rerumputan tumbuh lebih tinggi dan lebih rimbun daripada yang pernah saya lihat di Inggris. Kalau dilihat dari kejauhan, orang bisa mengira bahwa rumput-rumput itu adalah pohon-pohon jagung yang melambai-lambai diembus angin. Di dataran rendah, para penduduk menanam padi yang kualitasnya sangat bagus, dan mereka yang bekerja keras bisa memanen sebanyak tiga kali dalam setahun.
Iklim di sini tergolong ramah, tidak terlalu panas. Curah hujan di sini lebih sedikit daripada curah hujan di Inggris, dan saya juga jarang mendengar petir. Saya sempat beberapa kali merasakan gempa bumi, walaupun gempa tidaklah membuat saya heran. Saya pernah tersenyum melihat orang-orang di pantai barat langsung panik dan berlari pontang-panting keluar ketika rumah bergetar cukup keras.
Wilayah pemerintahan saya mencakup 400 mil [kurang lebih 487,5 km), dengan enam atau tujuh garnisun di bawah kekuasaan saya. Garnisun-garnisun di sini maupun di Bantall masing-masing memiliki 40 atau 50 pucuk senapan. Beberapa raja menyatakan diri sebagai pengikut kami. Saya selalu menerima mereka layaknya orang yang menduduki posisi lebih tinggi. Mereka mengatakan bahwa saya adalah orang yang baik dan mereka juga mendoakan setiap hari. Saya menganggap mereka tak ubahnya seperti suami-suami yang bijaksana, sementara istri-istri mereka bersedia mempertimbangkan hal-hal remeh, tetapi sukar dipengaruhi bila menyangkut urusan penting....
Berkenaan dengan urusan saya di sini... saya melaksanakan pekerjaan mulai dari masalah-masalah terpenting. Saya berkewajiban untuk menegakkan peraturan tegas yang sebelumnya tidak diketahui di sini, tetapi pada saat yang sama saya juga harus menginginkan wewenang lebih agar bisa memberikan hukuman yang lebih berat. Saya telah memenjarakan satu orang, sementara yang lain saya hukum karena karena perilaku tidak bermoral dan bermental pengecut, dan saya akan mengirimkan mereka berdua ke Inggris dengan kapal, bersama dengan dua perempuan nakal. Saya juga memberikan keringanan kepada mereka yang hanya melakukan kesalahan kecil dan bersedia bertobat serta berjanji untuk berubah.
Saya merasa seperti harus menunggang kuda dengan tali kekangnya yang ketat, karena tiga dari empat istimewa telah saya hilangkan, dengan keuntungan yang diperoleh dari gubernur serta pos-pos jabatan lain yang lebih rendah. Yakinlah, bahwa hal ini akan membuat orang-orang yang kehilangan bagian merasa kecewa.
orang pribumi Bengkulu dalam buku History of Sumatra, W. Marsden |
Kehidupan Sehari-hari Seorang Gubernur
Mungkin kau ingin mengetahui gaya hidup saya di sini, yang sangat berbeda dengan gaya hidup saya yang sebelumnya. Sekitar pukul 07.00 saya menyantap sarapan lezat berupa roti isi mentega dan teh Bohea (Teh Bohea : Boo-hee, merk dagang teh hitam dan oolong saat itu paling terkenal di dunia. Daun teh berasal dari pegunungan Wuyi di Fujian Utara, Cina - ES). Perlu diketahui bahwa kualitas mentega di sini tidak jauh berbeda dengan yang kau punya di Hackney (sebuah wilayah yang terletak di London - ES). Kemudian, saya bekerja hingga pukul 12.00 di dewan untuk mengadakan rapat, jika memang perlu, atau bekerja sendirian di ruang kerja saya. Pukul 12.00 saya bersantap siang berupa (...) dengan ayam atau daging merpati rebus, kepiting, atau udang, yang semuanya berasal dari bahan-bahan berkualitas terbaik. Kadang-kadang saya hanya beristirahat sebentar dengan menenggak minuman nikmat yang disuguhkan di cawan punch. Sementara itu, makan sore selalu terdiri dari empat atau lima jenis hidangan. Sebelum kembali bekerja, kami akan minum alkohol sedikit lalu mengisap cerutu.
Jika ada waktu luang, biasanya saya keluar kantor pada pukul empat sore untuk sekedar berkuda atau berjalan-jalan santai sampai pukul enam sore. Kalau saya berkuda, akan ada pengawal berkuda yang mengiringi saya saya serta pembawa bendera Inggris di depan saya. Saya juga ditemani oleh seorang pengawal berkebangsaan Buggess (Bugis) yang biasanya berjalan di samping saya. Sementara jika saya berjalan kaki, akan ada empat pengawal bersenjatakan pemuras (blunderbuss: senapan laras pendek berkaliber besar dengan peluru berupa bola timah), yang berjalan di depan saya dan seorang pengawal Bugis yang berjalan di belakang saya. Jumlah pengawal akan ditingkatkan jika saya berniat makan malam di luar atau harus keluar benteng, hal yang sebenarnya hingga saat ini belum pernah saya lakukan.
Pestol pemuras (blunderhuus) |
Saya pulang ke benteng pada pukul enam sore lalu kembali bekerja hingga waktu makam malam tiba. Lalu, saya akan mengisap satu atau dua cerutu sambil minum segelas alkohol sebelum kembali ke kamar untuk bekerja atau mengurus beberapa hal sebelum tidur. Saya mempunyai dua pembantu dan dua budak sendiri, salah satunya adalah perempuan. Tetapi ia bukan buda pemberian raja sebagaimana dikatakan secara bercanda oleh teman kami, Mr. Leigh (kemungkinan Mr. Leigh Richmond, seorang pendeta Anglikan di Bencoolen - ES). Namun, untuk mencegah adanya skandal, saya meminta budak itu untuk tinggal bersama dengan keluarga lain. Ia bekerja untuk saya, seperti menyetrika pakaian saya dan lain-lain, tetapi ia tidak pernah saya izinkan masuk ke rumah saya. Saya yakinkan bahwa sedikit budi baik diperlukan untuk melindungi laki-laki dari jerat pesona perempuan di tempat ini.
Di sini hanya ada empat perempuan kulit putih, tetapi dua di antaranya pernah ... pulang bersama dengan surat ini. Dari dua sisanya, salah satunya bertahan dan berpengalaman, sementara yang satu lagi adalah perempuan yang tampilannya sebenarnya sangat biasa-biasa saja tetapi sangat berbudi. Saya belum pernah mendengar hal-hal buruk tentang perilakunya. Sementara perempuan yang lain semuanya berkulit hitam, dan laki-laki yang berani berhubungan dengan mereka biasanya terkena 'demam Bencoolen'.
Semua orang [Inggris] yang meninggal semenjak saya di sini - jumlah mereka tidak banyak - adalah karena minuman keras atau oleh perempuan. Sementara itu, tidak satu pun anggota pengawal pribadi kami yang meninggal selama sepuluh bulan terakhir. Saya rasa karena mereka sebenarnya tidak punya kesempatan untuk terlalu banyak menenggak minuman keras.
Perkampungan Melayu yang terletak di sebelah benteng kami terdiri dari 700 atau 800 rumah yang dipenuhi penduduk pribumi. Sementara di daerah sekeliling kami tidak banyak penduduknya.
The British in West Sumatera (1685-1825) (disunting oleh John Bastin). Kuala Lumpur: University of Malay Press, 1965, hlm. 43-45
Sumber: Reid, Anthony, Witnesses of Sumatra. A Travelles Anthology. New York: Oxford University. 1995
👍
ReplyDeleteTerima kasih telah berkunjung
DeleteSuko jugo Baco sejarah cak ini kak Emong..
ReplyDeleteTerima kasih telah berkunjung
Delete