Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TENTANG SELEMBAR UANG 100 KUNA

Selembar Uang Hadiah Teman

Tahukah anda, apa yang bisa dilakukan dengan uang sejumlah 100 kuna? Kuna (Kn) adalah mata uang Kroasia. Hari ini kursnya adalah 1 kuna = 2.300 rupiah. Jadi Kn 100,00 setara dengan Rp 230.000,00 (terbilang dua ratus tiga puluh ribu rupiah).

"Saya mengirim anda uang itu agar ditukar ke mata uang anda, lalu anda bisa membeli coklat, permen atau roti yang halal yang bisa anda nikmati bersama keluarga, karena saya kesulitan mendapatkannya di negara saya. Saya mengirimnya bukan untuk menjadi koleksi," pesan dia kepadaku, ketika aku mengatakan bahwa uang 100 kuna yang dikirimkan kepadaku akan aku jadi koleksi, sebagai properti memorabilia.(benda kenang-kenangan).

Selanjutnya dia mengirimkan pesan di messenger berupa daftar panjang benda-benda yang bisa dibelinya dengan uang sejumlah 100 kuna di negaranya. Dari susu bayi, susu orang dewasa, roti, mentega, bahan-bahan lengkap pembuat roti, kentang, daging ayam... dan barang-barang lainnya yang "jika aku kirim ke satu keluarga miskin di kota saya, itu bisa mencukupi kebutuhan mereka hampir satu minggu".

Artinya, keinginanku untuk mengoleksi selembar uang kertas itu, benar-benar tidak masuk di akalnya. Uang asli dan sah yang masih berlaku dimasukkan dalam sebuah album hampir-hampir akan menjadi perbuatan gila di negerinya. Orang normal akan berpikir, bagaimana caranya dengan uang 100 kuna itu, maka dia harus bisa membawa keluar barang sebanyak mungkin dengan transaksi legal dari sebuah pasar swalayan atau supermarket.

selembar 100 kuna. Koleksi pribadi

Berawal dari sebuah game online perkeretaapian besutan Pixel Federation, aku bersahabat dekat dengan seorang bule yang cukup berumur dari Kroasia. Nah, agar pembaca tidak berpikiran macam-macam, persahabatan itu tidak hanya kepadaku saja, tetapi termasuk juga ke adikku, bahkan keluargaku. Sering terkendala bahasa, dia tidak fasih berbahasa Inggris, sementara aku sering harus sibuk menerjemahkan kata-kata ke bahasa dia, namun tidak menjadi halangan bagi kami untuk saling bercerita.

Begitu dekat aku dengan dia, hingga dia ada beberapa kali mengirimi aku paket yang berisi benda-benda untuk aku pribadi dan untuk anak-anakku. Dari sweater, t-shirt, pernik-pernik souvenir khas negerinya, juga bibit-bibit tanaman, sampai rokok. Untuk yang terakhirnya ini, sudah beberapa kali tiba di rumah banyak hanya kotaknya saja, kemungkinan tidak bisa lolos dari pemeriksaan bea cukai di bandar udara. Ada juga dua eksemplar novel berjudul Goldsmith's Treasure karangan August Senoa, seorang sastrawan arus utama Kroasia, yang dikirimnya, satu dalam versi bahasa Inggris dan satu lagi dalam versi asli bahasa Kroasia (Zlatarovo Zlato).

Dia juga akhirnya bisa menemukan juga toko-toko di Zagreb yang menjual makanan-makanan, khususnya coklat atau permen yang memiliki sertifikat halal, untuk kemudian bisa dikirimnya kepadaku. Jika tidak ada, maka dia pergi membeli atau memesannya ke Sarajevo-Bosnia, yang memang masyarakatnya mayoritas adalah Muslim.

Begitulah, ketika dia belum menemukan toko-toko halal, pernah di satu paket dia berhasil menyelipkan di antara barang-barang selembar uang kertas bernilai 100 kuna. Uang itu pun selamat tiba ke Tanah Rejang, lalu tergenggamlah dalam tanganku. Pesannya, belilah coklat atau permen untuk anak-anak, saya tidak bisa membelikan, karena saya belum menemukan toko-toko halal di kota saya.

Betapa pun dia telah menghormati keyakinan yang kami anut, itu sangat menyenangkan sekali. Perbedaan budaya, bahasa dan agama tidak akan pernah menjadi dinding penghalang bagi persahabatan. Aamiin. Namun, adalah kekeliruan ternyata yang aku buat, karena aku mengatakan, bahwa uang yang dia beri itu tidak akan aku belanjakan, tetapi akan aku jadikan saja koleksi kenang-kenangan, sebagai tanda persahabatan dua insan Indonesia dan Kroasia. Selembar uang bernilai 100 kuna akan jadi ikon persahabatan antar bangsa.

Koleksi Uang?

Berharap dia akan senang dan bangga, menganggap aku benar-benar menghargai kirimannya, justru aku didampratnya. Di Eropa, katanya, hanya orang gila yang menyimpan uang yang masih berlaku berlama-lama di dalam dompet tanpa membelanjakannya.

Aku menjadi berpikir, bagaimana dengan kebiasaan beberapa orang yang menyimpan lembaran-lembaran riyal, dollar, yuan atau yen di dompetnya, atau di sebuah album. Sementara uang itu masih laku. Jika ditukarkan dengan rupiah, mungkin bisa beli beras untuk satu minggu, atau kebutuhan lainnya yang perlu. Atau bisa juga disedekahkan kepada yang membutuhkan. Tetapi, justru dihilangkan fungsinya dengan membekukannya menjadi benda koleksi.

Faktanya, aku memang bukan kolektor uang (numistatis), dan... ya, untuk apa pula aku merasa menjadi seorang kolektor hanya karena selembar atau beberapa lembar uang asing. Kolektor sesungguhnya memandang benda-benda koleksinya sebagai investasi dengan bisa menjualnya sebagai benda antik atau langka suatu waktu, tetapi aku atau siapa pun justru telah menghilangkan nilai investasi selembar uang "hari ini" yang masih berlaku, dan belum pantas untuk menjadi benda antik atau langka.

Selembar uang 100 kuna telah memberikan sebuah pembelajaran. Apakah aku telah bersikap mengabaikan berkah dari rezeki selembar mata uang yang diberikan lewat tangan seorang teman?

Bagaimana kabar selembar uang itu sekarang? Uang itu aku..., ah, nantilah. Itu akan jadi cerita tersendiri.

Emong Soewandi
Emong Soewandi Blogger sejak 2012, dengan minat pada sejarah, sastra dan teater

Post a Comment for "TENTANG SELEMBAR UANG 100 KUNA"