"Itu bukan urusan kalian," jawab Pak Belalang sambil mengibaskan tangannya. "Tugas kalian hanya mencuri dan membawanya ke hutan lebat di sebelah utara desa. Mengerti?"
"Mengerti, Pak Belalang!" jawab mereka serempak, meskipun masih ada keraguan di wajah masing-masing.
Malam itu, dengan hati-hati, ketujuh anak buah Pak Belalang menyelinap keluar desa. Mereka berjalan mengendap-endap menuju kandang kerbau milik Pak Badu, seorang petani kaya di desa itu. Namun, entah bagaimana, mereka malah menemukan kandang kambing.
"Lho, ini kan kandang kambing," bisik salah satu anak buah Pak Belalang.
"Sudahlah, ambil saja kambingnya," bisik yang lain. "Pak Belalang pasti tidak akan tahu."
Maka, dengan cekatan, mereka menangkap 100 ekor kambing, mengikatnya, dan membawanya ke hutan. Setelah selesai, mereka kembali ke gubuk Pak Belalang dengan wajah penuh kemenangan.
"Pak Belalang, kami berhasil!" lapor salah satu anak buahnya dengan bangga. "Kami mendapatkan 100 ekor kambing!"
Pak Belalang mengerutkan kening. "Kambing? Bukannya aku menyuruh kalian mencuri kerbau?"
"Eh... iya, Pak Belalang," jawab anak buahnya dengan gugup. "Tapi, kami tidak menemukan kerbau. Jadi, kami ambil saja kambingnya."
Pak Belalang menghela napas panjang. "Baiklah, baiklah. Yang penting kalian sudah bekerja keras. Sekarang, sembunyikan kambing-kambing itu di hutan."
Petualangan Kambing dan Pak Belalang
Keesokan harinya, Pak Badu panik bukan kepalang. 100 ekor kambingnya hilang! Ia berkeliling desa, bertanya kepada setiap orang, tapi tidak ada yang tahu. Akhirnya, ia bertemu dengan ketujuh anak buah Pak Belalang.
"Apakah kalian melihat 100 ekor kambing saya?" tanya Pak Badu dengan wajah sedih.
"Kambing?" jawab salah satu anak buah Pak Belalang dengan wajah polos. "Kami tidak melihat kambing apa pun."
"Tapi, kalau kamu ingin tahu di mana kambingmu berada," sahut yang lain, "ada seseorang yang bisa memberitahumu. Ayo kita pergi ke rumahnya sekarang."
Pak Badu, yang sudah putus asa, setuju untuk mengikuti mereka. Mereka berjalan menuju gubuk Pak Belalang.
"Pak Belalang," kata Pak Badu dengan sopan, "saya kehilangan 100 ekor kambing. Sudah seminggu lamanya saya mencari, tapi tidak ketemu. Saya mohon bantuan Pak Belalang untuk memberikan petunjuk."
Pak Belalang tersenyum licik. "Tentu saja, boleh. Saya tahu di mana kambing-kambingmu berada."
"Benarkah, Pak Belalang?" tanya Pak Badu dengan mata berbinar.
"Ya," jawab Pak Belalang. "Kambing-kambingmu ada di hutan, terikat pada batang kayu hidup. Tapi, ada syaratnya."
"Syarat apa, Pak Belalang?" tanya Pak Badu curiga.
"Jika kambing-kambing itu ditemukan," kata Pak Belalang, "kita harus menjualnya dan hasil penjualan dibagi dua. Separuh untukmu, separuh untukku."
Pak Badu berpikir sejenak. Ia sangat ingin mendapatkan kembali kambing-kambingnya. "Baiklah, Pak Belalang," katanya. "Yang penting saya mendapatkan kembali kambing-kambing saya, saya akan membagi hasilnya dengan Anda."
Maka, Pak Belalang dan anak buahnya mengantarkan Pak Badu ke hutan dan menunjukkan tempat persembunyian kambing-kambing itu. Setelah kambing-kambing itu dijual, hasilnya dibagi dua. Pak Belalang dan anak buahnya pulang dengan membawa separuh dari hasil penjualan, sementara Pak Badu membawa pulang separuh sisanya.
Rencana Kerbau dan Keberuntungan Pak Belalang
Beberapa bulan kemudian, Pak Belalang dan anak buahnya kembali merencanakan sesuatu. Kali ini, mereka benar-benar ingin mencuri kerbau. Mereka berhasil mencuri 50 ekor kerbau dan menyembunyikannya di hutan.
"Pak Belalang," lapor salah satu anak buahnya, "kami berhasil mendapatkan 50 ekor kerbau!"
"Bagus sekali," kata Pak Belalang. "Sekarang, kita jual kerbau-kerbau itu."
Namun, sebelum mereka sempat menjual kerbau-kerbau itu, pemiliknya datang mencari. Sama seperti sebelumnya, anak buah pak Belalang mengarahkan pemilik kerbau untuk bertanya kepada pak Belalang. Pak Belalang dengan senang hati membantu dengan syarat yang sama.
Keberuntungan Pak Belalang terus berlanjut. Ia menjadi kaya raya dan terkenal. Berita tentang kemampuannya menujum menyebar ke mana-mana, bahkan sampai ke luar negeri.
Tantangan dari Orang Asing
Seorang musafir asing tiba di desa Pak Belalang, membawa misi untuk menantang sang ahli nujum dalam pertarungan kecerdasan. Tiba di perkampungan, ia langsung menyampaikan maksudnya, memberikan ultimatum kepada Pak Belalang: tebak dengan tepat atau hadapi konsekuensi kematian. Keyakinan sang musafir tak tergoyahkan, ia percaya Pak Belalang adalah penujum terhebat di wilayah itu.
Upaya Pak Belalang mengulur waktu kandas, sang musafir bersikeras permainan harus segera dimulai. Rasa panik menyelimuti Pak Belalang, tantangan ini datang tanpa peringatan. Dalam keadaan kalut, pikiran putus asa muncul, ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Saat malam tiba, ia kabur menuju tepian sungai, di sana, sebuah batang pohon karet besar mengapung di permukaan air.
Ia memanjat batang pohon itu, memasang tali di lehernya. Namun, takdir berkata lain, tali itu putus, dan Pak Belalang terjun bebas ke dalam air.
Terombang-ambing di arus sungai, Pak Belalang terbawa hingga satu kilometer jauhnya. Tak disangka, ia menemukan kapal sang musafir, penantangnya dalam permainan nujum. Ia menguping percakapan mereka, mencuri dengar rencana permainan yang akan datang. Ia mengetahui tiga benda yang akan diuji dalam permainan itu.
Pertama, seekor anak itik akan dilepaskan, dan arah tujuannya menuju baskom air akan menentukan jenis kelaminnya. Kedua, dua buah rol bulat tanpa identitas ujung atau pangkal akan diuji, bagian yang tenggelam pertama akan menjadi penentu.
Dengan informasi berharga di tangan, Pak Belalang menepi dan bergegas kembali ke rumahnya, membagikan rahasia yang ia dengar kepada para pengikutnya.
Keesokan harinya, tepat tengah hari, sang musafir tiba untuk memulai permainan. Pak Belalang menyambutnya dengan senyum, dan permainan pun dimulai. Anak itik dilepaskan, dan Pak Belalang dengan tepat menebak arah tujuannya. Kemudian, giliran rol bulat, dan lagi-lagi, tebakannya sempurna.
Dengan dua tebakan jitu, Pak Belalang keluar sebagai pemenang, mengantongi hadiah taruhan. Keahliannya mengantarkannya pada kekayaan dan ketenaran, dari seorang yang diremehkan menjadi sosok yang dihormati, Pak Belalang.
Post a Comment for "CERITA RAKYAT REJANG: PAK BELALANG"
Semua komentar mengandung kata-kata tidak pantas, pornografi, undangan perjudian, ujaran kebencian dan berpotensi rasial, akan kami hapus