CERITA RAKYAT SERAWAI: BUAYA KEPALA DALUNG
![]() |
Pertarungan Buaya Dalung dan Buaya Sigaraga |
Di sebuah daerah yang dikenal sebagai Riak, hiduplah dua bersaudara buaya yang terkenal: Buaya Kepala Dalung dan adiknya, Buaya Kumbang. Suatu hari, Buaya Kepala Dalung memutuskan untuk merantau ke Sungai Musi, meninggalkan adiknya di kampung halaman.
Setelah perjalanan panjang, ia tiba di Sungai Musi, tempat berkuasanya raja buaya terbesar, Buaya Sigaraga. Buaya ini begitu besar sehingga jika ia membuka mulutnya, separuh sungai Musi akan penuh oleh rahangnya. Suatu hari, tanpa diduga, terjadi pertarungan sengit antara Buaya Kepala Dalung dan Buaya Sigaraga. Sayangnya, dalam pertempuran itu, Buaya Kepala Dalung terbunuh.
Berbulan-bulan setelah peristiwa itu, dua orang Serawai yang baru saja kembali dari perantauan singgah di Dusun Sungai Naik. Kebetulan di dusun itu sedang berlangsung upacara tujuh hari kematian seseorang. Menjelang subuh, ketika orang-orang sudah tertidur lelap, mereka mendengar suara yang tidak biasa.
“Jika kalian kembali ke Serawai, sampaikan pesan ini kepada Buaya Kumbang bahwa Buaya Kepala Dalung telah mati dibunuh oleh Buaya Sigaraga di Sungai Musi,” kata sebuah suara misterius.
Orang Serawai itu terkejut. Salah satu dari mereka bertanya, “Siapa yang berbicara?”
Namun, suara itu kembali mengulangi pesannya. Ketika mereka menoleh ke sumber suara, mereka melihat kepala Jeghangkang—yang ternyata adalah kepala buaya yang terpotong.
Ketika hari sudah siang, kedua orang Serawai itu melanjutkan perjalanan mereka pulang. Namun, setibanya di Serawai, mereka lupa menyampaikan pesan itu. Satu minggu kemudian, salah satu dari mereka jatuh sakit. Semua usaha telah dilakukan untuk mengobatinya, tetapi tidak ada yang berhasil. Beberapa orang mulai beranggapan bahwa penyakitnya disebabkan oleh kelalaiannya dalam menyampaikan pesan.
Mendengar hal itu, orang yang sakit itu tersadar. “Aku ingat! Ada pesan yang belum kusampaikan,” katanya lirih. Ketika ia merasa sedikit lebih baik, ia segera pergi ke Sungai Riak untuk menyampaikan pesan itu.
Ia berdiri di tepi sungai dan berteriak, “Ada pesan dari Buaya Kepala Dalung untuk Buaya Kumbang! Buaya Kepala Dalung telah mati dibunuh Buaya Sigaraga di Sungai Musi.”
Dari dalam sungai terdengar suara menggelegar, “Apa?!”
Orang itu memberanikan diri melangkah lebih dalam ke sungai hingga setinggi pinggang. Tiba-tiba, ia ditangkap oleh buaya dan dibawa ke dasar sungai. Namun, alih-alih diserang, ia menemukan dirinya di sebuah desa bawah air yang ramai. Ia dijamu dengan makanan oleh penduduk desa yang semuanya adalah buaya.
Seorang buaya bertanya, “Jadi benar Buaya Kepala Dalung telah mati?”
“Betul,” jawab orang itu.
![]() |
Pertemuan Putri Kembang |
Mendengar itu, Putri Kumbang, adik Buaya Kepala Dalung, menjadi sangat marah. “Aku akan pergi ke Sungai Musi! Aku harus membalas kematian kakakku!” serunya.
Namun, sebelum ia berangkat, Panglima Kancil, tunangannya, menahannya. “Biarlah aku yang pergi. Aku yang akan membunuh Buaya Sigaraga.”
Putri Kumbang memberikan sebuah pisau kecil kepadanya. “Kalau kau benar-benar pergi, bawalah pisau kecil ini. Mungkin akan berguna nanti.”
Panglima Kancil kemudian berangkat ke Sungai Musi. Ia menyusun rencana agar tidak langsung bertarung dengan Buaya Sigaraga, karena ia tahu betapa kuatnya raja buaya itu. Selama seminggu, ia berteman dengan Buaya Sigaraga, berpura-pura menjadi sekutu.
Suatu hari, saat mereka sedang bersantai di tepian sungai, Panglima Kancil berkata, “Kawan, gigi-gigimu terlihat sangat kotor. Kau harus membersihkannya agar semakin kuat.”
Buaya Sigaraga mengangguk setuju. “Kau benar! Aku akan membersihkannya sekarang.”
Saat Buaya Sigaraga mulai menggosok-gosokkan mulutnya, Panglima Kancil melihat kesempatan. Ia melompat masuk ke dalam mulut Buaya Sigaraga dengan cepat. Kaget, Buaya Sigaraga langsung menutup rahangnya dengan keras. Akibatnya, ekor Panglima Kancil putus. Namun, Panglima Kancil tidak menyerah. Ia mencabut pisau kecil yang diberikan oleh Putri Kumbang dan dengan cepat menusukkan pisau itu ke perut Buaya Sigaraga berkali-kali.
Buaya Sigaraga meraung kesakitan, menggeliat di dalam air. Darahnya mengalir memenuhi sungai, dan akhirnya, ia pun mati.
Panglima Kancil yang terluka parah kembali ke Sungai Riak. Ia disambut oleh Putri Kumbang dan seluruh penghuni desa bawah air. Meski kehilangan ekornya, ia berhasil membalas kematian Buaya Kepala Dalung. Sejak saat itu, kisah keberanian Panglima Kancil dan kesetiaan Putri Kumbang dikenang oleh seluruh buaya di perairan itu.
Post a Comment for "CERITA RAKYAT SERAWAI: BUAYA KEPALA DALUNG"
Semua komentar mengandung kata-kata tidak pantas, pornografi, undangan perjudian, ujaran kebencian dan berpotensi rasial, akan kami hapus