MENGENAL FILUMENI (KOLEKSI KOTAK KOREK API)
Nah, salah satu kesukaanku adalah mengumpulkan kotak korek api. Tahu ‘kan kotak korek api? Kotak yang jika isinya habis maka bagi kebanyakan orang dianggap benda yang sama sekali tidak berguna. Berbeda dengan filateli yang cukup dikenal luas dan punya pehobi yang banyak, serta cukup gagah, filumeni dipastikan banyak orang merasa asing dengan istilah ini. Asing, bahkan belum ada dalam Kamus Bahasa Indonesia.
Jika filateli adalah aktivitas mengumpulan perangko, maka filumeni adalah hobi mengumpulkan kotak korek api. Kotak korek api yang dimaksud di sini adalah kotak korek api batangan, bukan korek api berupa pemantik.
Filumeni (phillumeny) berasal dari kata philos atau phileein (Yunani) artinya mencintai atau menggemari dan lumen (bahasa Latin) yang berarti cahaya. Secara luas filumeni kemudian mempunyai makna kegiatan mengoleksi etiket atau label kotak korek api.
Tidak begitu jelas kapan hobi ini mulai muncul. Setidaknya hobi ini mulai ada setelah diproduksi korek api batangan dalam kotak pertama di dunia. di Swedia, pada 1815. Dengan korek api seperti ini, maka mengakhir pula era korek api tidak aman, dimana unsur seng, asam sulfat dan fosfor masih disatukan, yang kemudian cara memakaian dengan menggesekkannya ke benda keras. Korek api ini dikatakan tidak aman, karena sering terbakar sendiri, akibat panas atau gesekan yang tidak sengaja.
Pada korek api batangan yang baru, unsur seng telah dipisahkan. Seng dicampur dengan serbuk kaca dipasang dialas tersendiri. Untuk menyalakan korek, maka batang korek api harus digoreskan ke alas itu. Korek api ini dianggap sebagai korek api yang paling aman, menjadi dasar pembuatan korek api hingga hari ini.
Sebuah perusahan korek api di Swedia mengembangkannya dengan cara membuat alas gores (campuran seng dan serbuk kaca) sebagai bagian dari kotak korek. Mulai dari negeri ini, maka korek api dalam kotak semakin populer ke seluruh dunia.
Di Indonesia, filumeni tidak begitu dikenal, walaupun kemungkinan keberadaannya sudah cukup lama ada. Tercatat seseorang bernama Haji Drajat Sukapraja dari Jawa Barat telah memulai hobi ini sejak 1930-an. Dia juga hingga akhir 1990-an tercatat sebagai satu-satunya filomeni yang diketahui secara umum.
Di media sosial sendiri, saya sampai saat ini baru menemukan 1 halaman yang berkaitan dengan filumeni ini. Namun, akun ini sendiri tidak begitu aktif, yang saya kira karena memang berbanding lurus dengan sedikitnya peminat hobi ini, yang berakibat akun itu menjadi sepi pengunjung.
Sebuah kotak korek api berukuran besar, 11 x 6,5 cm yang dikirim seorang kawan, cewek bule dari Kroasia, teman bermain game di facebook |
Aku memulai hobi ini sekitar 1990-an lalu, saat masih duduk di menjadi mahasiswa di FKIP Universitas Bengkulu. Kumulai dengan kotak korek api lokal, yang banyak dijual di warung-warung. Mulai sejak itu, jika berjalan maka mataku akan jelalatan mencari kotak korek api yang dibuang. Murah meriah. Malu? Ah, siapa pula yang peduli dengan kita yang sedang memunguti sebuah kotak korek api di jalanan?
Jika ada kawan yang akan melakukan perjalanan, terutama keluar provinsi dan keluar Pulau Sumatera, selalu aku minta dia pulang nanti membawakan aku kotak korek api. Terutama sekali dari luar Pulau Sumatera, karena banyak kotak korek api seperti di Surabaya, Yogyakarta dan Jawa Tengah tidak ditemukan di tempat lain.
1995, ketika menerima sebuah kotak korek api khusus Hotel Grand Hyatt, yang diberikan oleh seorang kawan yang pulang dari Jakarta, aku terpikir untuk mengumpulan kotak korek dari hotel-hotel yang di Indonesia. Segera saja, hotel-hotel besar aku surati, dengan tujuan meminta kotak korek khusus hotel tersebut. Sungguh, di luar dugaan, selang 2 minggu Hotel Indonesia adalah yang pertama membalas surat aku, disertai 10 kotak korek api yang telah dikosongkan isinya. Selanjutnya beberapa hotel juga membalas suratku dengan menyertakan kotak korek hotel mereka.
Gambar koleksi 2 |
Bagaimana Perkembangan Filumeni
Masih, walau tak seheboh dulu aku masih terus berusaha mempertahankan hobi ini. Salah satu yang kadang membuat kurang semangat, karena merasa seperti bersolo karier. Walaupun mengenal beberapa kawan filumenis melalui media sosial, namun belum ada komunitas filumeni di Indonesia. Juga belum ada konsensus tentang aturan main dalam hal mengumpulkan kotak korek api. Berbeda dengan filateli yang telah memiliki standar aturan dalam hal memperlakukan benda-benda pos.
Ket: Seluruh gambar difoto dari koleksi kotak korek api milik penulis
Baru tau ada hobi ini yg jg udah punya istilah resminya juga... Thanks for ur info, bro
ReplyDeletemenarik. sayang filumeni kurang memiliki nilai ekonomis atau finansial, ya....
ReplyDeleteSaya ingin melepaskan koleksi korek api kayu saya, apakah ada forumnya? Terima kasih
ReplyDelete